Bisa Hapus Jejak Emisi Karbon di Bumi, Hasil Pemantauan-Mangrove Mangrove Tag Maret 2025: Persentase Kelulushidupan Bibit Mangrove HMTRKI SV UNDIP di SMC Jateng, Semarang Capai 60%

Semarang – Mangrove Tag. Mangrove Tag kembali melakukan program pemantauan mangrove di Semarang Mangrove Center (SMC), Jawa Tengah (Jateng). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi bibit mangrove hasil dari program pendampingan penanaman dan pemantauan 100 bibit mangrove yang sudah dilakukan oleh Mangrove Tag kepada Himpunan Mahasiswa Teknologi Rekayasa Kimia Industri (HMTRKI) Sekolah Vokasi (SV) Universitas Diponegoro (UNDIP), beberapa waktu yang lalu. (6/3/2025). 

Pemantauan bibit mangrove yang telah ditanam, yaitu monitoring dan evaluasi (monev) dan penyulaman dengan tujuan untuk menilai keberhasilan penanaman dan memastikan bibit tumbuh optimal.

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dimulai pada pukul 09.00 WIB oleh Mangrove Tag yang diwakili oleh Agape L. Anthoni (Staf Manajer Hubungan Masyarakat dan Lapangan) dan Anggoro D. B. Saputro (Staf Manajer Keuangan dan Operasional). 

Proses pemantauan bibit mangrove setelah tiga bulan pemantauan.

Kegiatan monev bibit mangrove merupakan proses pengawasan dan penilaian terhadap kondisi mangrove yang telah ditanam. Kegiatan ini mencakup pengamatan terhadap jumlah bibit yang berhasil tumbuh maupun yang gagal tumbuh, persentase kelulushidupan (survival rate), persentase pertumbuhan tinggi (growth rate), dan jumlah daun pada setiap bibit mangrove di lokasi penanaman tertentu.

Hasil dari kegiatan ini didapatkan bahwa kondisi bibit mangrove yang sudah ditanam berhasil tumbuh dengan cukup baik.

“Dari 100 bibit mangrove yang telah ditanam tiga bulan yang lalu, didapatkan hasil bahwa terdapat 60 bibit yang dapat tumbuh dan 40 bibit yang gagal tumbuh sehingga persentase kelulushidupan mencapai 60%. Selain itu, persentase pertumbuhan bibit yang telah ditanam mencapai 57,14%,” ujar Agape. “Hasil tersebut menandakan bahwa bibit mangrove yang telah ditanam tumbuh dalam kondisi yang baik dan pertumbuhan tinggi yang signifikan,” tambahnya.  

Persentase kelulushidupan bibit mangrove dapat optimal jika didukung oleh kondisi lingkungan yang baik. Faktor-faktor yang berperan, antara lain adalah frekuensi dan durasi genangan air yang seimbang, di mana bibit mangrove terendam saat pasang dan mendapatkan oksigen saat surut sehingga dapat tumbuh dengan baik.

Kondisi bibit mangrove setelah monev dan penyulaman.

Selain itu, kualitas substrat yang subur dengan kandungan nutrisi yang memadai ikut mendukung pertumbuhan. Kestabilan sedimen juga berperan penting dalam memperkuat sistem perakaran sehingga bibit mangrove dapat tumbuh lebih kokoh. Gelombang dan arus laut yang stabil membantu mengendalikan aliran air, mendukung distribusi nutrisi di sekitar akar mangrove, sementara gelombang kecil berperan dalam mencegah erosi sehingga memungkinkan bibit berkembang dengan baik. Ketersediaan cahaya matahari yang cukup mendukung fotosintesis sehingga pertumbuhan daun dan batang lebih optimal.

“Kondisi bibit mangrove yang baik akan sebanding dengan kemampuan ekosistem mangrove dalam menangkap dan menyimpan karbon dengan lebih baik. Hal ini dikarenakan ekosistem mangrove memiliki kemampuan penyimpanan karbon lebih besar tiga hingga lima kali dibanding hutan tropis,” ujar Anggoro. “Dalam hal tersebut, dapat menjadi upaya memitigasi perubahan iklim karena kemampuan sebagai penghapus jejak emisi karbon di bumi,” lanjutnya.

Keseluruhan kegiatan yang berakhir pada pukul 10.00 WIB ini berjalan dengan baik dan lancar yang diakhiri dengan pendokumentasian kegiatan di lapangan untuk pembuatan laporan. (ADM/ARH/ALA/AP).