SKEMA TEBUS KARBON
Tebus Karbon dengan Mangrove
Pada dasarnya, ketika suatu kegiatan manusia menghasilkan emisi gas rumah kaca, seperti karbondioksida (CO2), yang berkontribusi terhadap pemanasan global, maka kompensasi karbon dilakukan untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Biasanya, kompensasi karbon dicapai melalui investasi dalam proyek yang mengurangi atau menghilangkan emisi gas rumah kaca, seperti proyek energi terbarukan, efisiensi energi, pengelolaan limbah, atau proyek pemulihan hutan.
Contohnya, jika suatu perusahaan menghasilkan 1.000 ton emisi karbon dalam satu tahun, mereka dapat membeli kredit karbon yang setara dengan jumlah itu dari proyek yang mengurangi emisi sebesar 1.000 ton, seperti menanam dan memantau mangrove di kawasan pesisir. Dengan cara ini, perusahaan tersebut mengkompensasi emisi karbon yang dihasilkan dengan mengurangi jumlah emisi di tempat lain.
Apakah Jejak Emisi Karbon Itu?
Jejak emisi karbon, juga dikenal sebagai jejak karbon, merujuk pada jumlah gas rumah kaca yang dikeluarkan ke atmosfer sebagai akibat dari aktivitas manusia atau entitas lain. Gas-gas rumah kaca ini termasuk karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrogen oksida (N2O), yang berkontribusi terhadap perubahan iklim global dengan menjebak panas di atmosfer dan menyebabkan pemanasan global.
Jejak emisi karbon dapat diukur dalam berbagai konteks, termasuk:
- Jejak Karbon Individu: Ini mengacu pada jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh satu individu sebagai hasil dari aktivitas sehari-hari mereka, seperti mengemudi, menggunakan listrik, memanaskan rumah, dan lainnya.
- Jejak Karbon Perusahaan: Ini mengukur jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan sebagai hasil dari operasi mereka, termasuk produksi, transportasi, dan manajemen limbah.
- Jejak Karbon Produk: Ini adalah jumlah emisi karbon yang dihasilkan selama siklus hidup suatu produk, mulai dari produksi bahan baku hingga pemakaian dan pembuangan.
- Jejak Karbon Negara atau Wilayah: Ini mengacu pada total emisi karbon yang dihasilkan oleh suatu negara atau wilayah dalam periode tertentu, seringkali diukur dalam ton CO2-equivalent.
Penyebab Jejak Emisi Karbon di Bumi
Pembakaran Bahan Bakar Fosil: Penggunaan bahan bakar fosil untuk menghasilkan energi (misalnya, listrik, pemanasan, transportasi, dan industri) adalah penyebab utama emisi karbon dioksida (CO2). Pembakaran minyak bumi, batubara, dan gas alam menghasilkan CO2 dan kontribusi terbesar terhadap emisi global.
Transportasi: Kendaraan bermotor, seperti mobil, truk, dan pesawat terbang, adalah penyumbang besar emisi karbon di dunia. Penggunaan bahan bakar fosil dalam transportasi menghasilkan CO2 dan polutan lainnya.
Industri: Proses industri, termasuk manufaktur, pertambangan, dan produksi energi, seringkali melibatkan penggunaan bahan bakar fosil dan proses kimia yang menghasilkan emisi karbon. Penggunaan energi dalam industri menyumbang sebagian besar emisi karbon industri.
Penggunaan Listrik: Pembangkit listrik fosil, seperti pembangkit listrik tenaga batubara dan gas, menghasilkan emisi CO2 selama pembakaran. Konsumsi listrik rumah tangga dan bisnis juga berkontribusi terhadap emisi melalui produksi energi listrik.
Pertanian: Praktek pertanian, seperti penggunaan pupuk kimia, pengelolaan hutan, dan produksi daging, dapat menghasilkan emisi metana dan nitrogen oksida, dua gas rumah kaca kuat yang berkontribusi terhadap jejak emisi karbon
Perubahan Penggunaan Lahan: Perubahan dalam penggunaan lahan, seperti deforestasi dan konversi hutan menjadi lahan pertanian atau perkotaan, dapat mengakibatkan pelepasan karbon dari tanah dan biomasa yang sebelumnya tersimpan.
Limbah: Pembuangan limbah padat dan cair dapat menghasilkan emisi metana dari pembusukan organik dan produksi gas lainnya dari limbah.
Proses Alami: Proses alami, seperti letusan gunung berapi dan kebakaran hutan, juga dapat menghasilkan emisi karbon ke atmosfer, meskipun kontribusi alam relatif kecil dibandingkan dengan aktivitas manusia.
Dampak Buruk Jejak Emisi Karbon di Bumi
Jejak emisi karbon yang tinggi di bumi memiliki berbagai dampak buruk pada lingkungan, manusia, dan ekosistem. Beberapa dampak buruk yang paling signifikan termasuk:
Perubahan Iklim Global: Emisi karbon menyebabkan peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, yang berkontribusi pada pemanasan global. Perubahan iklim ini dapat mengakibatkan fenomena cuaca ekstrem seperti badai, banjir, kekeringan, dan peningkatan suhu global yang merugikan ekosistem dan manusia.
Kenaikan Permukaan Laut: Pemanasan global menyebabkan pelelehan es kutub dan gletser, yang mengakibatkan kenaikan permukaan laut. Ini dapat mengancam pulau-pulau, pesisir, dan kota-kota pesisir dengan risiko banjir.
Gangguan Ekosistem: Perubahan iklim memengaruhi ekosistem di seluruh dunia. Hewan dan tumbuhan dapat mengalami perubahan habitat yang drastis, dan beberapa spesies dapat terancam punah karena perubahan iklim yang cepat.
Kekeringan dan Kelaparan: Peningkatan suhu dan perubahan pola hujan dapat menyebabkan kekeringan dan penurunan produktivitas pertanian, mengancam pasokan makanan di berbagai wilayah dunia. Hal ini dapat berdampak pada kelaparan dan ketidakstabilan sosial.
Kualitas Udara Buruk: Emisi karbon dari pembakaran bahan bakar fosil juga dapat menghasilkan polusi udara, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti penyakit pernapasan, penyakit jantung, dan kanker.
Pencairan Es Kutub: Peningkatan suhu global menyebabkan pencairan es kutub, yang berkontribusi pada kenaikan permukaan laut dan mengubah ekosistem di kutub. Ini juga memengaruhi kestabilan arus laut global.
Migrasi Paksa: Perubahan iklim dapat memaksa manusia dan hewan untuk bermigrasi mencari lingkungan yang lebih aman dan berkelanjutan. Ini dapat mengakibatkan konflik dan tekanan pada populasi di daerah penerima.
Perubahan Sosial dan Ekonomi: Perubahan iklim dapat mengancam ekonomi, ketahanan pangan, dan keamanan energi. Hal ini dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan ekonomi di berbagai wilayah.
Kerusakan Lingkungan Laut: Peningkatan suhu laut dan asidifikasi laut akibat emisi CO2 dapat merusak terumbu karang, ekosistem laut, dan populasi ikan.
Kerusakan Infrastruktur: Perubahan iklim dapat merusak infrastruktur seperti jembatan, jalan raya, dan bangunan, yang memerlukan biaya besar untuk perbaikan dan pemulihan.
Cara Menghapus Jejak Karbon
Menghapus jejak emisi karbon di bumi adalah tujuan yang sangat ambisius dan mungkin tidak bisa dicapai sepenuhnya, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dan mengompensasi emisi karbon. Beberapa cara untuk mengurangi jejak emisi karbon meliputi:
- Menghemat Energi: Mengurangi konsumsi energi listrik dan panas dengan cara yang lebih efisien adalah cara yang efektif untuk mengurangi emisi karbon. Ini bisa melibatkan penggunaan peralatan energi rendah, isolasi bangunan, dan mengadopsi teknologi hemat energi.
- Menggunakan Energi Terbarukan: Beralih ke sumber energi terbarukan seperti energi surya, energi angin, atau hidroelektrik adalah cara yang baik untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari pembangkit listrik konvensional.
- Mengurangi Penggunaan Transportasi Berbahan Bakar Fosil: Menggunakan transportasi berbasis bahan bakar fosil, seperti mobil bensin dan diesel, berkontribusi besar terhadap emisi karbon. Anda dapat mempertimbangkan untuk menggunakan transportasi umum, bersepeda, berjalan kaki, atau beralih ke kendaraan listrik.
- Mengadopsi Gaya Hidup Berkelanjutan: Meminimalkan konsumsi, mendaur ulang, dan mengurangi pemborosan adalah cara lain untuk mengurangi emisi karbon. Pilihan makanan juga bisa berperan; mengurangi konsumsi daging, misalnya, dapat mengurangi emisi dari industri peternakan..
- Mengurangi Jejak Karbon Individu: Anda dapat menghitung jejak emisi karbon pribadi Anda dengan kalkulator jejak karbon dan mencoba menguranginya dengan tindakan seperti memotong penggunaan plastik, mengurangi perjalanan udara, dan menggunakan transportasi umum.
- Redefinisi Mobilitas: Menggantikan kendaraan pribadi dengan berbagi kendaraan atau transportasi umum dapat membantu mengurangi emisi karbon transportasi.
- Reboisasi dan Pelestarian Hutan: Menanam lebih banyak pohon dan menjaga hutan alami adalah cara yang efektif untuk menyerap karbon dioksida dari atmosfer.
- Mengompensasi Emisi: Anda juga dapat mempertimbangkan untuk membayar proyek-proyek yang mengurangi atau mengompensasi emisi karbon Anda, seperti proyek penanaman pohon atau proyek energi terbarukan.
- Advokasi dan Kebijakan: Dukung kebijakan yang mendorong pengurangan emisi karbon di tingkat nasional dan global, dan berpartisipasi dalam gerakan dan organisasi yang memperjuangkan perubahan iklim.
Apakah Karbon Biru
Karbon biru adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada konsep pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) dan dampak perubahan iklim dengan mengalihkan perhatian pada upaya pelestarian dan restorasi ekosistem lautan, terutama hutan mangrove. Istilah “karbon biru” merujuk pada kapasitas ekosistem ini untuk menyerap dan menyimpan karbon dari atmosfer, yang membantu mengurangi kadar CO2 di atmosfer sehingga dapat memperlambat perubahan iklim. Ekosistem karbon biru, seperti hutan mangrove berperan penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat. Mangrove adalah tumbuhan yang tumbuh di daerah pesisir dan terutama di daerah berlumpur di sepanjang pantai. Ekosistem mangrove memiliki kemampuan yang signifikan untuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer, sehingga berkontribusi pada upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dan mitigasi perubahan iklim.
Mangrove Dapat Menghapus Jejak Emisi Karbon, Begini Caranya
Mangrove memiliki kemampuan alami untuk menyerap dan menyimpan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer. Proses ini dikenal sebagai penyangga karbon. Mangrove adalah hutan rawa yang tumbuh di wilayah pantai di daerah tropis dan subtropis. Berikut adalah beberapa cara di mana mangrove dapat membantu menebus jejak emisi karbon:
Penyerapan Karbon: Mangrove mampu menyerap dan menyimpan karbon lebih banyak (sekitar lima kali) daripada hutan lainnya. Pohon mangrove mengandung banyak karbon dalam batang dan akarnya serta di dalam tanah rawa tempat mereka tumbuh. Dengan menanam lebih banyak mangrove, jumlah karbon yang disimpan di ekosistem tersebut dapat meningkat.
Mencegah Penggundulan Hutan: Mangrove yang kuat dan sehat dapat melindungi daerah pesisir dari abrasi dan badai. Ini berarti mangrove dapat membantu mencegah penggundulan hutan yang menyebabkan pelepasan besar-besaran karbon ke atmosfer.
Mengurangi Pemanasan Global: Mengurangi emisi gas rumah kaca adalah langkah penting dalam mengatasi pemanasan global. Dengan menanam lebih banyak mangrove, kita dapat mengurangi jumlah CO2 di atmosfer, yang membantu mengurangi efek pemanasan global.
Menyediakan Sumber Energi Terbarukan: Mangrove juga dapat menjadi sumber energi terbarukan. Pohon mangrove yang mati atau jatuh dapat digunakan sebagai biomassa untuk menghasilkan bioenergi. Dengan menggantikan sumber energi fosil dengan bioenergi dari mangrove, kita dapat mengurangi emisi karbon dari bahan bakar fosil.
Memelihara Keanekaragaman Hayati: Mangrove adalah habitat yang penting bagi berbagai spesies tumbuhan dan hewan. Memelihara keanekaragaman hayati ini penting untuk menjaga ekosistem yang sehat. Ekosistem yang sehat dapat menyimpan lebih banyak karbon dan memainkan peran penting dalam mengurangi emisi karbon.
Penting untuk dicatat bahwa penanaman mangrove dapat membantu dalam upaya menebus jejak emisi karbon, namun hal ini bukanlah satu-satunya solusi. Pengurangan emisi secara menyeluruh dan keberlanjutan dalam semua sektor juga diperlukan untuk mengatasi perubahan iklim secara efektif.
Indonesia Darurat Emisi Karbon
Hapus Jejak Emisi Karbon di Bumi Dengan Cara Menyelamatkan Hutan Mangrove Indonesia. Dapatkan Solusi dan Layanan Terbaik Mangrove Tag
Dengan potensi simpanan karbon sebesar 2.093.001 tCO2e, saat ini pemerintah Indonesia sedang melakukan program rehabilitasi hutan mangrove seluas 600.000 ha. Hal ini, mengingat dari total luasan hutan mangrove Indonesia 2.515.943,31 ha, hanya 31,34% dalam kondisi baik, 15,64% sedang dan 13,92% rusak. Mangrove Tag datang menawarkan solusi dengan aksi tanam dan pantau mangrove, sekarang!
Mangrove Tag Hadir Sejak 2001
“Diinisiasi KeSEMaT, skema Mangrove Tag sudah dimulai sejak 2001.“
Aris Priyono – Pendiri KeSEMaT
“Saat ini, Mangrove Tag merupakan start up tebus karbon dan tanam pantau mangrove yang dipercaya ratusan mitra.”
Ganis Riyan Efendi – Direktur Utama IKAMaT
Media Coverage
Kami Menawarkan Tiga Skema
Tebus Karbon
Hapus jejak emisi karbon di bumi
- Bibit mangrove
- Ajir bambu
- Jasa penanaman
- Jasa penentuan titik lokasi penanaman
- Jasa pemantauan (penyulaman dan monitoring dan evaluasi)
- Konsultasi gratis
- Lahan dan perizinan lokasi penanaman
- Sertifikat Tebus Karbon
- Jasa publikasi di jaringan Mangrove Tag
- Laporan Tebus Karbon
Adopsi Mangrove
Mudah tanam dan pantau mangrove
- Bibit mangrove
- Ajir bambu
- Jasa penanaman
- Jasa pendampingan penanaman
- Jasa penentuan titik lokasi penanaman
- Jasa pemantauan (penyulaman dan monitoring dan evaluasi)
- Konsultasi gratis
- Lahan dan perizinan lokasi penanaman
- Sertifikat Pengadopsi Mangrove
- Spanduk Adopsi Mangrove
- Jasa publikasi di jaringan Mangrove Tag
- Laporan Adopsi Mangrove
Tanam Pantau
Jaga mangrove Indonesia
- Bibit mangrove
- Ajir bambu
- Jasa penanaman
- Jasa pendampingan penanaman
- Jasa penentuan titik lokasi penanaman
- Jasa pemantauan (penyulaman dan monitoring dan evaluasi)
- Konsultasi gratis
- Lahan dan perizinan lokasi penanaman
- Spanduk Tanam Pantau
- Jasa publikasi di jaringan Mangrove Tag
- Atribut penanaman
- Laporan Tanam Pantau
Kapan Bibit Mangrove akan Ditanam?
Mangrove mulai akan ditanam setelah MoU antara Anda dan Mangrove Tag ditandatangani.
Bagaimana Skema Penanaman dan Pemantauannya?
Skema penanaman yang digunakan adalah 2/3 bibit mangrove ditanam di bulan pertama dan 1/3 lainnya ditanam di bulan ketiga.
Berapa Lama Durasi Skema Penanaman dan Pemantauannya?
Semua paket berdurasi empat bulan. Bulan pertama adalah penanaman, selanjutnya tiga bulan berikutnya adalah penyulaman, monitoring, evaluasi dan pemantauan mangrove.
Apakah Tersedia Skema Pemantauan Lanjutan?
Kami juga menyediakan paket pemantauan mangrove lanjutan yang berdurasi multi tahunan.
Tersedia 20+ Lokasi Penanaman Mangrove
Dapatkan Laporan Monitoring dan Evaluasi Bibit Mangrove Anda
Laporan Penanaman dan Pemantauan Secara Berkala
Kami akan melaporkan secara berkala, hasil persentase kelulushidupan bibit mangrove yang Anda tanam, yang memuat jenis bibit, jumlah bibit yang ditanam, jumlah bibit hidup, jumlah bibit mati, rata-rata tinggi bibit penanaman dan pemantauan, persentase pertumbuhan bibit, persentase kelulushidupan bibit, latitude longitude dan dokumentasi pertumbuhan bibit mangrove Anda.
Rekapitulasi Hasil Penanaman dan Pemantauan Mangrove Kami kepada Mitra Sejak 2001
Video Dokumentasi Proses Penanaman dan Pemantauan Mangrove di Lapangan
Jaminan Persentase Kelulushidupan Bibit Mangrove Tetap Tinggi
Ikut Asuransi Mangrove
Kami juga akan memastikan bahwa persentase kelulushidupan bibit mangrove yang sudah Anda tanam tetap berada pada angka minimal 60%.
Dipercaya 100+ Mitra Dunia
Alasan Mangrove Tag Jadi Pilihan dan Solusi Terbaik Anda
Berpengalaman
Kami berpengalaman 20 tahun+ dalam mengelola mangrove di Indonesia.
Pendekatan Ekologi
Kami mengutamakan pendekatan ekologi dan konservasi dalam setiap proyek kami.
Konsultasi Gratis
Para ahli kami melayani layanan gratis konsultasi mangrove.
Persentase Kelulushidupan Tinggi
Hasil proyek kami memiliki persentase kelulushidupan yang tinggi mencapai 70%.
Cepat, Mudah dan Terpercaya
Sistem kami cepat, mudah dan terpercaya sehingga menghasilkan hasil yang optimal.
Afiliasi Luas
Kami memiliki lebih dari 30 afiliasi mangrove ternama di Indonesia.
Kami 20 Tahun+ Bekerja untuk Mangrove
Pertanyaan yang Sering Diajukan Mitra
- Mangrove Tag lebih menitikberatkan pendekatan pada sisi ekologi mangrove tanpa mengesampingkan sisi lainnya, dalam melakukan kegiatan pendampingan penanaman dan pemantauan mangrovenya kepada masyarakat.
- Untuk itulah, maka para expert di Mangrove Tag berasal dari pakar ekologi mangrove dan pakar lainnya yang masih berkaitan sehingga platform Mangrove Tag dapat lebih optimal dalam menjamin kelulushidupan bibit mangrove yang sudah ditanam, demi kesuksesan program rehabilitasi mangrove yang dilakukan oleh mitra kami.
Dengan mengirimkan foto, video dan narasi ke website ini, maka Anda menyetujui bahwa materi tersebut akan diakses secara publik. Segala bentuk pelanggaran atas hal tersebut bukan menjadi tanggung jawab dari Mangrove Tag. Mangrove Tag juga berhak menurunkan listing Anda, apabila terdapat aduan terhadap listing tersebut.
Tidak setiap acara mengeluarkan karbon, tetapi banyak acara atau kegiatan yang melibatkan penggunaan energi atau bahan bakar fosil dapat menyebabkan emisi karbon sehingga menyebabkan pemanasan global bahkan krisis iklim.
Mekanisme utama di balik emisi karbon dalam acara-acara tersebut adalah penggunaan energi non-hijau, seperti listrik yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil.
Berikut ini adalah beberapa contoh mekanisme umum di mana acara dapat mengeluarkan karbon:
- Penggunaan Listrik: Acara yang memerlukan pencahayaan, peralatan elektronik, sistem tata suara, atau pengaturan visual seperti proyektor atau layar besar, biasanya memerlukan penggunaan listrik. Jika listrik yang digunakan berasal dari sumber energi fosil seperti batu bara atau gas alam, maka akan terjadi emisi karbon selama pembangkit listrik menghasilkan energi tersebut.
- Transportasi: Jika acara melibatkan perjalanan, baik oleh pesawat, mobil, atau transportasi lain yang menggunakan bahan bakar fosil, maka emisi karbon akan terjadi. Hal ini terkait dengan pembakaran bahan bakar yang menghasilkan emisi CO2 dan gas rumah kaca lainnya.
- Penggunaan Bahan Bakar Fosil: Beberapa acara seperti festival, konser, atau pertunjukan olahraga besar dapat melibatkan penggunaan generator atau peralatan yang menggunakan bahan bakar fosil, seperti diesel atau bensin. Pembakaran bahan bakar ini akan menghasilkan emisi karbon.
Untuk mengurangi dampak karbon dari acara-acara tersebut, ada beberapa langkah yang dapat diambil, seperti:
- Memilih Sumber Energi Hijau: Menggunakan sumber energi terbarukan seperti energi surya, angin, atau hidro dapat mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari penggunaan listrik dalam acara.
- Transportasi Berkelanjutan: Memperhatikan transportasi yang berkelanjutan, seperti mengurangi perjalanan udara dan menggunakan transportasi umum atau berbagi kendaraan, dapat mengurangi emisi karbon dari transportasi peserta atau pengunjung acara.
- Efisiensi Energi: Menggunakan peralatan listrik yang efisien energi, mematikan peralatan yang tidak digunakan, dan mengoptimalkan penggunaan energi dalam acara dapat membantu mengurangi emisi karbon.
- Komitmen Pengurangan Karbon: Acara dapat melibatkan langkah-langkah pengurangan karbon seperti mengkompensasi emisi karbon yang tidak dapat dihindari melalui program penanaman dan pemantauan pohon mangrove, dengan berbagai skema, seperti skema tebus karbon dengan Adopsi Mangrove, skema Tebus Jejak Karbon Saya, skema Tebus Jejak Karbon Event Saya, skema Tebus Karbon Perusahaan Saya dan skema Tanam Pantau dengan Pendampingan Penanaman dan Pemantauan Mangrove atau proyek pengurangan karbon lainnya.
Melalui langkah-langkah ini, kita dapat mengurangi dampak karbon yang dihasilkan dari acara-acara dan bergerak menuju acara yang lebih berkelanjutan secara lingkungan.
Pencapaian
- 1.081.908 Bibit Mangrove Tertanam
- 20 Spesies Mangrove Tertanam
- 70,80% Persentase Kelulushidupan
- 108,16 ha Area Tertanami
- 15 Kota di Indonesia Tertanami
- 380.490,81 tC02e Potensi Serapan Emisi Karbon
- 300 Mitra Baik Peduli Mangrove
- 1.000 Relawan Baik Terlibat Menanam
- 500 Kali Liputan Media
Terafiliasi 30+ Brand Mangrove
Blog Terbaru
Alasan Mitra Memilih Mangrove Tag
HUBUNGI KAMI