Konservasi Mangrove Pesisir Tugu, Semarang
- Lahan kritis: 11 ha.
- Kebutuhan bibit: minimal 10.000/ha (total kurang lebih 110.000 bibit).
- Jenis bibit: Rhizophora (Bakau), Avicennia (Api-api), Tancang (Bruguiera) dan lain-lain.
- Potensi serapan emisi karbon: 950,5 MgC/ha atau 10.455,5 MgC/11 ha.
- Status lahan: hak penggarapan dan hak milik.
- Lokasi penanaman: Kecamatan Tugu, Semarang
Foto Lokasi

Peta Lokasi
Deskripsi Lokasi
Kegiatan konservasi mangrove di pesisir Tugu, Semarang dipusatkan di tiga lokasi, yaitu Mangunharjo, Mangkang Wetan dan Mangkang Kulon, yang umum disebut sebagai Semarang Mangrove Center (SMC) Jawa Tengah (Jateng).
Berdasarkan perhitungan, Semarang seharusnya memiliki sabuk pantai ideal seluas 325 ha, akan tetapi hanya tersisa 15 ha (4,61%) saja. Berdasarkan data statistik (2008), luasan hutan mangrove di Semarang yang kritis dan rusak sebanyak 11 ha (73,33%), dan hanya tersisa 4 ha (26,67%) saja dalam kondisi baik.
Kerusakan hutan mangrove di kawasan ini menyebabkan erosi pantai dan kerusakan pada area tambak produktif warga sekitar. Selain itu, adanya pengaruh reklamasi yang kian bertambah, menyebabkan luasan hutan mangrove semakin berkurang. Mengingat lokasi mangrovenya yang terletak di kawasan industri, maka ancaman lahannya yang diperuntukkan untuk kegiatan lainnya juga sangat terbuka.
Saat ini, SMC juga sedang mengalami penurunan kualitas. Hal ini dapat dilihat dari beberapa parameter, seperti rusaknya mangrove karena penebangan, kualitas perairannya yang buruk, pemanfaatan olahan mangrovenya yang belum optimal dan sarana dan prasarana pembelajaran literasi mangrove yang belum optimal.
Padahal, sejak tahun 2012, kawasan ini terkenal dengan tiga produk olahan mangrove non kayu-nya, yaitu batik, jajanan dan kopi mangrove Semarang yang dikembangkan oleh mitra binaan dari KeSEMaT, sebuah organisasi mahasiswa dari Ilmu Kelautan UNDIP.
Pengunjung yang berkunjung ke kawasan ini juga dapat berwisata melihat proses pengolahan batik, jajanan dan kopi mangrove, sembari menaiki perahu menikmati keindahan kawasan hutan mangroveya yang dikelilingi beragam jenis mangrove Rhizophora, Avicennia, Bruguiera, Calotropis, Casuarina dan lain-lain.
SMC Jateng termasuk kawasan kritis yang membutuhkan dukungan dari banyak pihak dalam upaya rehabilitasi dan konservasinya, demi penyelamatan kawasan pesisirnya di masa mendatang. Melihat potensi dan kondisinya yang tersebut di atas, maka diperlukan bantuan dari masyarakat untuk dapat segera menyelamatkannya.