Bisa Hapus Jejak Emisi Karbon di Bumi, Hasil Pemantauan-Mangrove Mangrove Tag Agustus 2024: Persentase Kelulushidupan Bibit Mangrove BenihBaik dan AIA di SMC Jateng, Semarang Capai 34,48%

Semarang – Mangrove Tag. Mangrove Tag kembali melaksanakan program pemantauan mangrove di Semarang Mangrove Center (SMC), Jawa Tengah (Jateng). Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi persentase kelulushidupan bibit mangrove sebagai bagian dari program pendampingan penanaman dan pemantauan 5.000 bibit mangrove setelah enam bulan penanaman yang telah dilakukan oleh Mangrove Tag bersama BenihBaik dan AIA beberapa waktu lalu. (5/8/2024). 

Tim pemantauan yang terdiri dari Rena Sagita (Staf Manajer Hubungan Masyarakat dan Lapangan), Moza N. Angel (Mahasiswa Magang), dan Dhiya A. Widayanti (Mahasiswa Magang) memulai pemantauan pada pukul 13.00 WIB. Kegiatan ini meliputi pemeriksaan kondisi bibit mangrove, penghitungan jumlah pohon yang tumbuh dan gagal tumbuh, survival rategrowth rate, dan jumlah daun. 

Hasil pemantauan menunjukkan bahwa kondisi bibit mangrove yang ditanam oleh Mangrove Tag bersama BenihBaik dan AIA mengalami tantangan pertumbuhan akibat genangan air yang terus-menerus. Meskipun demikian, tingkat kelulushidupan mencapai 34,84% dengan pertumbuhan selama enam bulan terakhir meningkat hingga 140%. 

Kondisi bibit mangrove yang daunnya tampak hijau dan lebat.

Perubahan pola pasang surut menjadi faktor utama yang memengaruhi kelangsungan hidup bibit mangrove. Tercatat bahwa rentang pasang surut mengalami peningkatan signifikan yang berdampak langsung pada daya tahan bibit terhadap genangan air yang lebih tinggi. Selain itu, anomali pasang surut harian juga menyebabkan surut terjadi pada malam hari sehingga fotosintesis bibit mangrove menjadi terganggu. Hal ini menghambat pertumbuhan mangrove dan meningkatkan risiko pembusukan batang akibat perendaman yang berkepanjangan pada siang hari. 

“Pada pemantauan bulan keenam, persentase kelulushidupan mangrove menurun hingga 34,84%. Gangguan dalam proses fotosintesis akibat keterbatasan paparan sinar matahari terus berlanjut sehingga pertumbuhan bibit menjadi terhambat,” ujar Rena. 

Meski menghadapi tantangan lingkungan yang sulit, beberapa bibit menunjukkan kemampuan adaptasi dengan memanjangkan batangnya agar daunnya tetap dapat menerima cahaya matahari. Hal ini menjadi bukti bahwa mangrove memiliki mekanisme bertahan hidup di lingkungan yang kurang mendukung.

Kondisi wilayah penanaman pada saat pemantauan di SMC Jateng, Semarang.

Selain berperan sebagai pelindung ekosistem pesisir, mangrove juga memiliki fungsi penting dalam menyerap karbon dioksida (CO₂) dari atmosfer. 

Moza menjelaskan bahwa mangrove mampu menyimpan karbon dalam jumlah lebih besar dibandingkan dengan tumbuhan darat lainnya. 

“Hal ini disebabkan oleh sistem akar mangrove yang kompleks serta kemampuannya dalam mengakumulasi dan menyimpan karbon dalam sedimen dalam jangka waktu yang panjang. Ekosistem mangrove berperan penting dalam mengurangi konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, membantu menekan dampak perubahan iklim, dan menghapus jejak emisi karbon secara lebih efektif dibandingkan ekosistem darat lainnya,” jelasnya. 

Pemantauan yang berlangsung hingga pukul 14.30 WIB ini berjalan dengan baik dan lancar yang diakhiri dengan sesi pendokumentasian di lapangan sebagai bagian dari laporan evaluasi program. Hasil pemantauan ini menjadi bahan penting untuk menyusun strategi pemeliharaan dan peningkatan keberhasilan penanaman mangrove di masa mendatang. (ADM/RS/AP/ARH).