Konservasi Mangrove Pantai Baros dan Pantai Samas, Yogyakarta
- Lahan kritis: 3 ha.
- Kebutuhan bibit: minimal 10.000/ha (total kurang lebih 30.000 bibit).
- Jenis bibit: Rhizophora (Bakau), Avicennia (Api-api), Tancang (Bruguiera) dan lain-lain.
- Potensi serapan emisi karbon: 950,5 MgC/ha atau 2.851,5 MgC/3 ha.
- Status lahan: negara.
- Lokasi penanaman: Pantai Baros dan Pantai Samas, Kulon Progo, Yogyakarta.
Foto Lokasi
Peta Lokasi
Deskripsi Lokasi
Mangrove di sekitar pesisir Pantai Baros ditemukan tumbuh dengan baik, tepatnya pada wilayah estuari, yaitu pertemuan antara Pantai Selatan dengan muara Sungai Opak. Dusun Baros yang ditumbuhi mangrove ditetapkan menjadi kawasan konservasi pesisir, yaitu wilayah yang mempunyai ciri khas tertentu sebagai satu kesatuan ekosistem yang dilindungi, dilestarikan dan atau dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan, sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 17 Tahun 2008.
Wilayah pesisir pantai Baros merupakan peralihan antara ekosistem darat dan laut yang bersifat kompleks dan terdiri dari beberapa ekosistem, diantaranya ekosistem estuari dan pesisir. Bertambahnya populasi manusia di Dusun Baros berakibat pada peningkatan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti mengubah fungsi lahan menjadi lahan pertanian.
Kehidupan masyarakat Pantai Baros yang makin padat penduduknya, secara tidak langsung membawa dampak bagi alam dan kehidupan yang berada di sekitar pantai Baros. Seiring berjalannya waktu, lahan di kawasan Pantai Baros juga mulai beralih fungsi, sebagian besar digunakan untuk pemukiman dan sebagian lagi untuk ladang bercocok tanam.
Akibat adanya pemanfaatan lahan secara berlebihan, kerusakan alam di wilayah Pantai Baros mulai terlihat. Banjir rob, abrasi, pergeseran muara sungai (hilir), dan berkurangnya habitat hewan adalah dampak yang timbul akibat aktvitas masyarakat di sekitar pesisir Pantai Baros. Dampak yang juga mulai dirasakan oleh masyarakat Baros adalah terancamnya lahan pertanian karena pengikisan baik oleh aliran sungai maupun gelombang laut serta tanaman yang kering akibat tidak adanya pembatas antara darat dan laut sehingga partikel garam dari air laut menempel pada daun tanaman. (Khaerani, P., 2016)
Menurut Wikipedia, Pantai Samas terkenal dengan deburan ombaknya yang menggulung, angin lautnya yang kencang dan sebagai tempat persinggahan penyu-penyu langka seperti penyu sisik dan penyu hijau untuk bertelur.
Selain itu, kawasan Pantai Samas juga memiliki delta-delta sungai dan danau air tawar yang membentuk telaga. Oleh Dinas Perikanan Daerah Istimewa Yogyakarta, telaga-telaga tersebut digunakan untuk pengembangan perikanan, penyu dan udang galah serta untuk lokasi pemancingan. Pantai Samas juga memiliki bibir pantai yang agak curam sehingga berbahaya dan tidak disarankan untuk mandi di pantai.
Pantai Samas di Kabupaten Bantul merupakan pantai yang berpotensi sebagai tempat wisata yang terkena kerusakan pantai antara lain kerusakan pemukiman dan fasilitas umum, menurunnya kualitas perairan pantai karena pencemaran, menurunnya kualitas terumbu karang, perubahan garis pantai, gerusan dan kerusakan bangunan. (Anugrah, R. L. T., 2022).
Lahan kritis di kawasan pesisir Yogyakarta mencapai 3 ha, dimana telah terjadi abrasi, pencemaran dan degradasi lahan di kedua pantai tersebut di atas. Untuk itulah, maka program penanaman mangrove di wilayah pesisir Pantai Baros dan Pantai Samas terus dilakukan oleh pemerintah dan para pegiat mangrove dan lingkungan setempat, agar dapat mengurangi dampak-dampak yang dapat berakibat buruk di masa depan.
Dukungan dari masyarakat luas masih sangat dibutuhkan dalam rangka membantu pemulihan kualitas lingkungan di kedua lokasi tersebut.