Bisa Hapus Jejak Emisi Karbon di Bumi, Hasil Pemantauan-Mangrove Mangrove Tag Mei 2025: Persentase Kelulushidupan Bibit Mangrove Program Carbon Offset Jejakin – Telkomsel di Tambak Gojoyo, Demak Capai 77,9%

Demak – Mangrove Tag. Mangrove Tag kembali melaksanakan program pemantauan mangrove secara rutin di Tambak Gojoyo, Demak. Kegiatan ini sebagai tindak lanjut dari program carbon offset JejakIn, pada pendampingan penanaman dan pemantauan 2.000 bibit mangrove yang sudah dilaksanakan oleh Mangrove Tag kepada JejakIn dan Telkomsel, enam bulan yang lalu. (1/5/2025).

Proses dokumentasi bibit pada saat pemantauan.

Agape L. Anthoni (Staf Manajer Hubungan Masyarakat dan Lapangan) dan Rena Sagita (Staf Manajer Hubungan Masyarakat dan Lapangan) mulai melaksanakan pemantauan pada pukul 09.00 WIB. Pemantauan mangrove ini dilaksanakan setelah enam bulan pasca penanaman yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2024 yang lalu.

Setelah dilakukan pemantauan di tiga bulan pertama masa penanaman, tahap berikutnya adalah pemantauan lanjutan yang dilakukan pada bulan ke-6. Pada fase ini, tanaman mangrove umumnya mulai menunjukkan peningkatan dalam hal ketahanan terhadap kondisi lingkungan.

Peningkatan ketahanan ini disebabkan oleh perkembangan sistem perakaran mangrove yang mulai terbentuk dengan baik, seperti akar napas dan akar tunjang. Kedua jenis akar ini berperan penting dalam menjaga stabilitas mangrove serta membantu penyerapan nutrisi dari tanah secara lebih optimal.

Penghitungan tinggi bibit mangrove bulan ke-6.

Selain itu, mangrove mulai mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi lingkungan di sekitarnya, seperti tingkat salinitas, pola pasang surut air laut, dan jenis substrat tempat tumbuh. Adaptasi yang semakin baik ini turut mendukung proses fotosintesis yang lebih efisien, sehingga tanaman menjadi lebih tahan terhadap stres lingkungan.

Pemantauan pada bulan ke-6 ini menjadi momen penting untuk mengevaluasi keberhasilan program rehabilitasi mangrove, sekaligus memastikan bahwa mangrove tumbuh dengan sehat dan mampu bertahan dalam jangka panjang.

Pada pemantauan bulan ke-6 ini, kegiatan yang dilakukan, antara lain monitoring dan evaluasi (monev) dan penyulaman, hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase kelulushidupan bibit mangrove mencapai 77,9%.

Dokumentasi bibit mangrove pemantauan bulan ke-6.

“Hari ini kami melaksanakan monitoring dan evaluasi dari hasil penanaman enam bulan yang lalu. Kemudian dilakukan penyulaman terhadap bibit yang gagal tumbuh sehingga dapat menjaga persentase kelulushidupan yang tinggi. Upaya tersebut menjadikan persentase kelulushidupannya mencapai 77,9 persen. Dari hasil monev menunjukkan persentase yang sangat baik karena bibit mangrove telah melalui proses adaptasi selama tiga bulan pertamanya,” kata Agape. “Persentase kelulushidupan yang tinggi ini didukung oleh pemilihan lokasi tanam yang baik sehingga mangrove dapat tumbuh dengan baik dan memberikan manfaat dalam penyimpanan karbon. Dengan demikian, mangrove dapat berkontribusi lebih besar dalam mengurangi jejak emisi karbon di Bumi,” tambahnya.

Pada program pendampingan penanaman dan pemantauan ini, pemantauan dilaksanakan pada interval 3 bulan, 6 bulan, 18 bulan, dan 36 bulan. Monev pada bulan ke-6 dan ke-36 akan melibatkan analisis tambahan menggunakan data pengambilan foto udara. Dengan bantuan aplikasi Karlon dan sensor kualitas air, perhitungan persentase kelulushidupan dan pertumbuhan mangrove menjadi lebih akurat.

Keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik dan lancar yang ditutup pada pukul 11.30 WIB dengan pendokumentasian kegiatan. (ADM/ARH/RS/AP).