Bisa Hapus Jejak Emisi Karbon di Bumi, Hasil Pemantauan-Mangrove Mangrove Tag Juni 2025: Persentase Kelulushidupan Bibit Mangrove SPE UNDIP SC di SMC Jateng, Semarang Capai 83,33%

Semarang – Mangrove Tag. Mangrove Tag kembali melakukan program pemantauan mangrove di Semarang Mangrove Center (SMC), Jawa Tengah (Jateng). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi bibit mangrove hasil dari program pendampingan penanaman dan pemantauan 150 bibit mangrove yang sudah dilakukan oleh Mangrove Tag kepada Society of Petroleum Engineers (SPE) Universitas Diponegoro (UNDIP) Student Chapter (SC), tiga bulan waktu yang lalu. (1/6/2025). 

Mangrove Tag yang diwakili oleh Agape L. Anthoni (Staf Hubungan Masyarakat dan Lapangan) dan Rena Sagita (Staf Hubungan Masyarakat dan Lapangan) mulai melakukan pemantauan, yaitu monitoring dan evaluasi (monev) dan penyulaman pada pukul 09.00 WIB. 

Kegiatan monev bibit mangrove merupakan proses pengawasan dan penilaian terhadap kondisi mangrove yang telah ditanam. Kegiatan ini mencakup pengamatan terhadap jumlah bibit yang berhasil tumbuh maupun yang gagal tumbuh, persentase kelulushidupan (survival rate), persentase pertumbuhan tinggi (growth rate), dan jumlah daun pada setiap bibit mangrove di lokasi penanaman tertentu.

Kegiatan ini juga berfungsi untuk mengidentifikasi masalah sejak dini, seperti gangguan hama, abrasi, atau kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Selain itu, hasil pemantauan digunakan untuk mengevaluasi dan memperbaiki metode penanaman agar lebih efektif. Data yang diperoleh juga menjadi dasar pelaporan dan pertanggungjawaban kepada pihak terkait.

Kondisi bibit yang sudah melewati masa adapatasi lingkungan.

“Dari 150 bibit mangrove yang telah ditanam tiga bulan yang lalu, didapatkan hasil bahwa terdapat 105 bibit yang dapat tumbuh dan 45 bibit yang gagal tumbuh sehingga persentase kelulushidupan mencapai 83,33%. Selain itu, persentase pertumbuhan bibit yang telah ditanam mencapai 50,00%,” ujar Agape. “Hasil tersebut menandakan bahwa bibit mangrove yang telah ditanam tumbuh dalam kondisi yang baik dan pertumbuhan tinggi yang signifikan,” tambahnya. 

Pertumbuhan mangrove di kawasan tambak cenderung lebih lambat dibandingkan dengan wilayah pesisir yang terlindung. Salah satu penyebab utamanya adalah tingginya fluktuasi salinitas yang terjadi di lingkungan tambak. Perubahan pola pengisian dan pengeringan air tambak menyebabkan kadar garam di tanah dan air menjadi tidak stabil.

Kondisi bibit pada saat proses pemantauan.

Ketidakstabilan salinitas ini berdampak pada proses fisiologis tanaman mangrove, terutama pada fase awal pertumbuhan bibit yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan. Kondisi tersebut dapat menghambat proses adaptasi dan mengurangi tingkat kelulushidupan bibit mangrove yang ditanam di area tambak.

Keseluruhan kegiatan yang berakhir pada pukul 10.00 WIB ini berjalan dengan baik dan lancar yang diakhiri dengan pendokumentasian kegiatan di lapangan untuk pembuatan laporan. (ADM/ARH/ALA/AP).