Mangrove adalah ekosistem pesisir yang penting dalam pengurangan emisi karbon dioksida (CO2) dan menyimpan karbon. Potensi penyimpanan jejak emisi karbon di mangrove adalah hal yang signifikan. Berikut adalah beberapa faktor yang menjadikan mangrove penting dalam hal ini:
- Penyimpanan Karbon di Lahan Basah: Mangrove menyimpan sejumlah besar karbon di tumpukan biomasa di bawah tanah dan di atas permukaan tanah. Akar, batang, daun, dan sisa organik lainnya di ekosistem ini mengikat karbon dari atmosfer dan menyimpannya dalam bentuk organik.
- Penghambatan Penguraian Organik: Mangrove adalah habitat yang kaya akan lumpur dan endapan organik. Kondisi anaerobik di dalam lumpur tersebut memperlambat proses penguraian organik. Ini berarti bahwa materi organik yang terperangkap di dalam lumpur tidak terurai dengan cepat dan sebaliknya tetap terkubur, menjadikan mangrove sebagai penyimpan karbon alami.
- Laju Pertumbuhan yang Cepat: Tanaman mangrove tumbuh dengan cepat, terutama saat masih muda. Ini berarti bahwa mereka menyerap karbon dari atmosfer secara efisien, membantu mengurangi jumlah CO2 di atmosfer.
- Perlindungan Terhadap Erosi: Mangrove juga melindungi pantai dari erosi dan badai. Dengan demikian, mereka membantu menjaga cadangan karbon di dalam lumpur agar tetap terkubur, daripada terbawa oleh air laut.
- Sistem Akar yang Kompleks: Akar mangrove sangat kompleks dan merayap ke dalam lumpur. Sistem akar ini membantu memperkuat lumpur dan mengurangi erosi. Mereka juga memberikan ruang bagi penangkapan dan penyimpanan karbon.
Penyimpanan karbon di ekosistem mangrove penting untuk pengurangan emisi karbon global. Namun, mangrove sering terancam oleh pembangunan pantai, pertanian, dan aktivitas manusia lainnya. Perlindungan dan pemulihan mangrove adalah langkah penting dalam menjaga penyimpanan karbon yang mereka miliki. Organisasi konservasi dan pemerintah harus bekerja sama untuk menjaga dan memelihara ekosistem mangrove ini untuk mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
Hutan mangrove memiliki tingkat produktivitas yang tinggi dengan potensi simpanan karbon yang terletak pada:
- Biomassa pohonnya atau Above-Ground Biomass (AGB)
- Sedimen dan tanahnya atau Below-Ground Biomass (BGB).
Persentase simpanan karbon AGB dan BGB pada hutan mangrove lebih besar apabila dibandingkan dengan hutan hujan tropis.
Kerusakan hutan mangrove di seluruh dunia diperkirakan mencapai 50% dalam jangka waktu 50 tahun terakhir. Sebanyak 8,2 juta ha hutan mangrove sudah rusak, yang berakibat pada pelepasan karbon di udara sehingga mempercepat laju perubahan iklim.
Potensi simpanan karbon yang besar pada ekosistem mangrove dapat menjadi strategi mitigasi perubahan iklim. Sebagai informasi, total simpanan karbon rata-rata pada ekosistem mangrove adalah sebesar 441 – 1085 MgC/ha.
Peran hutan mangrove yang besar dalam menyimpan karbon dapat mencegah perubahan iklim yang disebabkan oleh pelepasan gas rumah kaca, termasuk karbon secara berlebihan. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya restorasi, rehabilitasi dan konservasi hutan mangrove untuk mencegah dan menanggulangi perubahan iklim yang terjadi.
Kegiatan pembibitan, penanaman dan pemantauan mangrove yang diinisiasi oleh Mangrove Tag dapat menjadi solusi dalam memitigasi bencana krisis iklim tersebut di atas, mengingat Mangrove Tag merupakan platform yang dapat menjembatani banyak pihak dalam aksi konservasi, rehabilitasi dan restorasi hutan mangrove di Indonesia.